Soal Pembunuhan di Bekasi, Psikolog Curigai Keterangan Saksi

Rabu, 14 November 2018 - 01:39 WIB
Soal Pembunuhan di Bekasi, Psikolog Curigai Keterangan Saksi
Soal Pembunuhan di Bekasi, Psikolog Curigai Keterangan Saksi
A A A
JAKARTA - Pembunuhan satu keluarga di kawasan Jalan Bojong Nangka II RT 02/07, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi pada Selasa (13/11/2018) dini hari masih menjadi tanda tanya besar. Motif kian simpang siur antara dendam dan perampokan.

Psikolog Forensik, Reza Indra Giri menjelaskan kasus memang menjadi tanda tanya besar. Untuk mengungkapkan kasus, ia pun meminta polisi selediki keterangan saksi pertama yang kala itu menyaksikan rumah korban terbuka di pukul 03.00 pagi dengan televisi menyala.

"Siapakah saksi ini? Jam segitu dia mengamati dan mengingat sedemikian cermat. Saksi adalah pekerja malam? Tampaknya bukan, karena ternyata dia tetangga," kata Reza, Selasa (13/11/2018).

Meskipun kejadian baru dirasakan sekira pukul 06.00 pagi, setelah saksi awal curiga. Namun menurut dari ilmu Psikolog Forensik, Reza melihat polisi harusnya jeli melihat prasangka prasangka buruk terhadap saksi. Rangkaian perilakunya perlu didalami guna menakar akurasi dan kelengkapan informasi yang diberikan.

Reza sendiri enggan memastikan motif apa yang terjadi dalam kejadian ini. Sebab bila melihat dari kejadiannya, motif dendam dan ekonomi sangat berkaitan erat.

Dendam terjadi, karena pelaku tega menghabisi keluarga itu, termasuk dua anak, Sarah Boru Nainggolan, 9, dan Arya Nainggolan, 7. Keduanya tewas dengan luka cekik, sementara kedua orang tuanya, Diperum Nainggolan, 38, dan Maya Boru Ambarita, 37, tewas dengan luka gorok.

"Perbedaan cara menghabisi, menandakan lada kendali diri pada diri pelaku. Korban kanak kanak boleh jadi adalah collateral damage; mereka berada di waktu yang salah dan tempat yang salah, dihabisi bukan karena sasaran pelaku melainkan karena menyaksikan kejadian," terang Reza.

Reza kemudian mencermati ucapan Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Pol Indarto menduga pelaku adalah komplotan perampok dengan motof ekonomi. Ia kemudian sependapat dengan ucapan ini, lantaran kejahatan properti tidak melulu mengincar benda di dalam rumah.

"Ada asuransi, kebun, dan harta benda lain yang bisa saja disasar pelaku dan berada di luar TKP pembunuhan," kata Reza.

Meski demikian, Reza mencurigai perampokan, karena membunuh korban, dengan modus sedemikian precise. Salah satunya kasus, kedua anak masuk dalam kejahatan emosional yang berlanjut dengan kejahatan instrumental.

"Artinya, apakah pelaku membuncahkan amarah atau perasaan negatif lainnya, lalu seketika muncul niat mengambil harta korban?," tutup Reza.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6216 seconds (0.1#10.140)